Membuat
anak tidur tepat waktu memang problema tersendiri untuk para orangtua. Menurut Dr. Richard Ferber, pendiri Center for Pediatric Sleep Disorders di
Rumah Sakit Anak-anak, Boston, permasalahan tersebut sebenarnya bukan karena
salah anak. Justru orangtualah yang melupakan faktor pentingnya, yaitu,
konsistensi. “Keteraturan dan konsistensi biasanya dilakukan saat anak berusia
tiga bulan,” ujarnya, seperti dikutip People.
Lantas
bagaimana menerapkan konsistensi tersebut agar anak bisa tidur tepat waktu? Berikut
ini saran Dr. Ferber sesuai apa yang ditulisnya dalam buku Solve Your Children ‘s Sleep Problems.
1.
Jadwal Yang Konsisten
“Waktu jadi faktor penentu,” ujar
Dr. Ferber. Orangtua sebaiknya konsisten soal jam tidur. Kalau memang anak
ingin tidurnya tidak larut malam, jangan biarkan anak tidur siang terlalu lama.
Terapkan juga waktu tidur tersebut pada Anda, agar anak bisa mencontohnya.
2.
Ciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman
Kenyamanan juga perlu diterapkan
dalam lingkungan tidur anak. Hal ini untuk mencegah anak merasa asing dengan
suasana kamarnya ketika di tiba-tiba bangun di malam hari. Menurut Dr. Ferber,
jangan lagi percaya pada mitos kalau manusia bisa tidur nyenyak sepanjang
malam. “Faktanya kita kerap bangun beberapa kali dalam semalam dan itu juga
terjadi pada anak,” ujarnya.
3.
Hindari Memberi Makan yang Tidak Perlu di Malam
Hari
“Orangtua
yang datang padaku dengan permasalahan tidur biasanya suka memberi anak-anak
mereka makan atau minum terus-menerus di malam hari,” ujar Dr. Ferber. “Kebanyakan
anak-anak diberi makan atau minum (susu) saat berusia lima bulan dan
seterusnya,” tambahnya. Aktivitas itu akan sangan berdampak pada pola tidur
anak.
4.
Jujur
Tips keempat ini masih berhubungan
dengan tips kedua. Untuk menciptakan lengkungan dan suasana tidur yang nyaman,
orangtua juga harus jujur pada anak. Dr. Ferber
menekankan, jangan keluar diam-diam dari kamar anak setelah mereka
tidur. Kalau memang Anda ingin meninggalkannya, biarkan anak melihatnya.
“Kebanyakan kasus yang terjadi, anak akan bingung di tengah malam dan
melihat orangtuanya tidak ada, disitulah permasalahan muncul,” tutur Dr. Ferber.
Oleh karena itu ditekankanya, jujurlah pada anak sejak awal.
5.
Patuhi Rutinitas atau Jadwal yang Sudah Dibuat
Rutinitas atau jadwal yang sudah
dibuat oleh Anda, sebaiknya juga diterapkan oleh anggota keluarga lainnya yang
membantu menidurkan anak. Misalnya sebelum tidur, anak dibacakan cerita dan
lampu dimatikan, semua pihak harus menerapkan rutinitas tersebut. “Konsistenlah
hal yang penting,” tegasnya.(Ipr/net)
Penyebab Begadang
1.
Kebutuhan bereksplorasi
Anak di atas usia 2 tahun, memiliki
fisik yang kuat. Ia juga memiliki keinginan mengeksplorasi dunia di sekeliling
yang besar. Ia dapat berjalan kemanapun yang ia kehendaki. Memanjat, mengambil
mainan sendiri, bermain segala macam mainan, dan sebagainya. Hal ini membuat
balita tidak mau kehilangan kesempatan bereksplorasi. Oleh karena itu, ia
seringkali terlihat menahan kantuk dan berusaha bangun agar kesempatan ini
tidak hilang karena tertidur.
Bila diajak tidur pun, ia akan
berusaha keluar kamar. Misalnya bilang, “Mama, aku haus, pengen minum”, “Ma,
aku pengen pipis”, atau “Aku mau lihat ayah di luar”, dan sebagainya. “Banyak
sekali alasannya. Dan mereka terlihat sangat meyakinkan dengan alasan-alasannya
itu,”. Padahal, semakin lama, ia akan semakin lelah. Dan bila terlalu lelah,
akan makin sulit bagi anak untuk tidur. Lama kelamaan, karena pola ini berulang
setiap hari, Si Kecil pun akan tidur semakin larut.
2.
Aktivitas di siang hari/sebelum tidur
Perlu pula diperhatikan, apa saja
yang harus dilakukan balita pada siang hari. Energi balita sangat besar. Bila sepanjang
hari ia menonton tv, bisa dipastikan pada waktunya ia seharusnya tidur malam, ia
tetap lincah karena energinya masih berlebih. Padahal, tubuhnya sebetulnya
perlu istirahat.
Lalu, perhatikan juga apa yang
ditonton di siang hari. Film-film yang menakutkan dan sinetron remaja atau
sinetron orangtua dapat membuat anak takut, sehingga ia sulit tidur. Film yang
menegangkan pun akan membuat otak balita tetap alert alias waspada dan
membuatnya susah tidur. Maka, akan sangat baik bila minimal 2 jam sebelum tidur,
balita tidak menonton tayangan apapun.
3.
Waktu tidur siang
Perhatikan, berapa jam ia tidur siang.
Bila siang hari ia tidur 4 jam atau lebih, sangat mungkin ia akan tidur paling
cepat pukul 22.00 malam. Semakin lama ia tidur siang, semakin malam ia akan
tidur malam. Bila hal ini terjadi, cobalah untuk membangunkannya dengan lembut
bila ia sudah tidur selama tiga jam. Setelah bangun, ajak ia bermain ditempat
tidurnya. Baru setelah ia terbangun dengan penuh kesadaran (fully awake), ajak
ia keluar kamar.
4.
Separation anxiety
Beberapa balita mengalami rasa takut
ditinggal orang terdekat (separation anxiety). Orang terdekat di hati balita
biasanya adalah ibunya.
Ciri seorang separation anxiety
ringan adalah takut kehilangan atau ditinggal ibunya bila ia tertidur. Sehingga
ia berusaha sedemikian rupa agar terus bermain dan bersama ibunya ketika malam
menjelang tidur. Nah, bila hal ini yang terjadi, perhatikan berapa lama ibu
bermain intens bersama balita di siang hari tanpa di selingi memasak, memakai
smartphone, menelepon atau nonton tv.
Separation anxiety juga bisa teteap
muncul bila ibu ada di rumah tapi menyerahkan anak sepenuhnya pada pengasuh dan
tanpa bermain bersama ibu. Apalagi kalau anak sering ditinggal pergi tanpa
pamit alias dibohongi.(Ipr/net)
Buatlah Sebuah Ritual
Apa
yang harus dilakukan orangtua untuk mengatasi anak yang terbiasa begadang?
Pastinya, orangtua sangat perlu waktu dan kesabaran. Misal, bila biasanya
balita tidur pukul 24.00 tengah malam, maka di hari pertama, ajaklah ia tidur 1
jam lebih awal, yaitu pukul 23.00 malam.
Anda
juga bisa membuat ritual. Ajak anak ke kamar mandi untuk membasuh diri,
menyikat gigi, dan berganti baju sebelum tidur. Setelah itu, lakukan kegiatan
yang akan menenangkan anak. Ajak ia membaca buku di kamarnya dan pilihlah buku
yang sesuai untuk usia dan minat anak. Jika anak sangat senang binatang,
belikan buku tentang binatang (misalnya untuk anak usia 3 tahun). Pangkulah anak
saat membaca. Pilihan lainnya adalah mendengarkan lagu klasik, lagu slow, atau
menyanyikan lagu anak-anak yang berirama tenang.
Ritual
serupa harus dilakukan setiap hari sebelum tidur karena memberi kesempatan anak
untuk menenangkan diri (cooling down). Ingat, orang akan merasa mengantuk bila
tubuh dan pikiran tenang dan nyaman.
Nah,
jika Anda terbiasa menemani anak tidur, perhatikan dan amati kalau balita
menjadi sulit tidur bila kita yang menemani sudah tidur duluan. Ia akan
berusaha begitu aktif untuk membangunkan kita. Sementara anak yang lain akan
sulit tidur bila pikiran kita sibuk.
Jadi,
kunci dari mengasuh adalah kenali anak sebaik-baiknya. Begitu banyak teori yang
bisa dibaca, tapi orangtua tetap yang menjadi kunci suksesnya parenting. Jangan
lupa, perhatikan dan amati apa penyebab anak jadi hobi tidur larut. Pasalnya,
masing-masing penyebab perlu diatasi dengan cara yang berbeda.(Ipr/net)