Sleep Paralysis
Untuk
seorang awam, gangguan tidur ini lebih dikenal dengan istilah “Ketindihan”.
Menurut kepercayaan masyarakat, ketindihan
terjadi saat makhluk halus menduduki kita yang sedang tidur sehingga kita
sesak serta sulit bergerak. Padahal kondisi ketika seorang bermimpi dan merasa sesak seperti ini disebabkan oleh
bercampurnya fase tidur dalam atau Rapid
Eye Movement dengan kondisi bangun. Ciri-cirinya dapat dilihat melalui gerakan
mata dan gambaran otak yang cepat layaknya orang dalam kondisi bangun, namun
tonus (tegangan) ototnya lemah.
Memang
ketika sleep paralysis, kita
mengalami tonus otot yang paling lemah dibandingkan tahap-tahap tidur lainya. Tujuanya
baik, agar ketika bermimpi kita tidak ikut meragakanya. Bayangkan jika kita
mimpi lari atau lompat dan kita bisa menggerakan tubuh, itu justru akan bahaya.
Kesimpulanya,
sleep paralysis termasuk wajar jika
terjadi hanya sekali. Namun patut dipertanyakan jika kondisi ini terjadi lebih
dari satu kali dalam seminggu. Kalau sudah terlampau sering, kita suda harus
mulai curiga dengan kondisi tidur. Sering terbangun ketika dalam fase tidur
dalam (Rapid Eye Movement) bisa terjadi karena tidurnya terganggu oleh sleep
apnea (mendengkur).
Insomnia
Anggapan
yang salah adalah ketika seseorang yang sering lembur atau tidur larut disebut
sebagai penderita insomnia. Padahal, insomnia adalah sebutan untuk seseorang
yang diberi kesempatan tidur namun tak kunjung masuk pada siklus tidur.
Insomnia
sendiri terdiri dari dua kategori, yaitu kronis dan tidak kronis. Dapat
dikatakan kronis jika terjadi terus selama lebih dari tiga bulan. Ini bisa
disebabkan trauma dan berdampak depresi. Lain halnya jika seseorang merasa
tertekan hingga tidak bisa tidur tapi keesokanya tenang-tenang saja, itu bukan
insomnia.
Namun,
insomnia tidak kronis dapat berubah menjadi kronis jika ditangani dengan salah.
Misalnya jika banyak “membayar” tidur disiang hari karena malamnya tidak bisa
tidur atau jika mengkonsumsi obat tidut lebih dari dosis aman. Hal-hal yang demikian, pada akhirnya
justru dapat memicu insomnia kronis. Dampak yang paling sering dirasakan dari
insomnia adalah depresi dan mudah lelah.